rss
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Friday, March 18, 2011

‘Klenger’ Menjual 100 Ribu Burger per Bulan

Velly Kristanti Pendiri Klenger Burger


Bukan yang pertama, namun harus memberikan yang terbaik merupakan kewajiban pengusaha. Inilah strategi sukses Velly Kristanti, pendiri dan pemilik brand Klenger Burger. Berdiri tahun 2006, namun kini usahanya terus berkembang, hingga perkembangnya menjadi pantauan para kompetitor. Kepada wartawan Republika, Zaky Al Hamzah, Velly Kristanti menceritakan kiat bisnisnya.

‘Teman, ditengah kehidupan yang sedemikian berat, berbagai problem datang silih berganti, yakinlah hanya Allah yang akan menyelamatkan hidup anda dari segala derita & kesedihan. menangislah & mengadulah kpd Allah.’ Demikian status Velly di jejaring sosial tiga hari lalu yang berisi semangat dan tetap tegar meski menghadapi segala masalah.


Velly bersyukur bisnis Klenger Burger-nya makin berkembang meski sempat jatuh bangun. Sebelum mendirikan Klenger, istri Gatut Cahyadi ini merintis bisnis rumah makan (rumkan) Pondok Sayur Asem (PSA) pada 2002, ketika masih bekerja sebagai senior manager account manager BBDO Komunika. Lokasinya di Pekayon, Bekasi, Jawa Barat. Karena tak total, Velly sering bersitegang dengan juru masak, dari mulai menu hingga cara masak. ‘’Ilmu masak makanan didapat dari ibu saya,’’ ujar pengusaha kelahiran Jakarta, 26 Desember 1974 ini.


Dua tahun kemudian, suaminya yang bekerja di perusahaan Jepang membujuk agar total mendirikan usaha mandiri. Velly menyetujui gagasan itu dan mendirikan bisnis advertising. Namun, usaha ini tak berhasil, hingga beralih ke bisnis bidang IT pada 2004-2005.

‘’Waktu itu saya menawarkan mobile marketing ke sejumlah perusahaan. Tapi, belum ada yang berminat,’’ kata lulusan D3 Sastra Belanda FIB UI ini. Tak menyerah, Velly dan suami mencoba bisnis kerajinan tangan. Sayang, keberuntungan belum berpihak. Sementara, tabungan mereka semakin tipis.


Velly lantas merenung. Ternyata, keputusannya, dia harus memulai lagi bisnis makanan dan kembali ke rumkan PSA. Modal awalnya sewa rumkan PSA masih tersisa 1,5 tahun, 15 karyawan, serta peralatan masakan. Modal duit hanya Rp 30 juta. Velly dan suami tercinta sepakat tidak mungkin melanjutkan bisnis PSA, karena masyarakat makin mobile. Hingga, terbesit makanan cepat saji burger sebagai proyek pertamanya. ‘’Karena modal kurang, saya pinjam mantan atasan saya, mas Aris Budiharjo,’’ katanya.


Karena tak punya keahlian membuat burger, Velly membeli beragam buku burger, hingga meracik sendiri agar khas Indonesia baik bumbu maupun tekstur dagingnya. Untuk ujicobanya, burger itu disajikan kepada kerabat dan rekan dekatnya. Responnya bagus. Bahkan, salah satu rekannya yang semula tak suka burger, akhirnya kepincut burger buatan Velly yang terdiri roti lembut dan daging berurat serta saus spesial.


Nama Klenger, kata Velly, adalah usulan suami yang asli Blitar, Jatim. ‘’Kata suami, Klenger itu seperti keenakan atau klepek-klepek lah, biar ingat terus dengan makanan ini,’’ ujarnya. Setelah nama didapat, sebagai pakar advertising tak sulit bagi Velly mendesain logo dan warna brand. Logo burger berupa tulisan "Klenger Burger" ada di atas burger, tidak disamping burger seperti logo burger lain. ‘’Arti filosofi kurang lebih, kita sebaiknya melihat segala sesuatu tak hanya dari pandangan mata tapi dari segala aspek, istilah kerennya: Beyond Burger,’’ ujarnya.


Klenger Burger resmi berdiri 10 Februari 2006, dan diurus hak patennya. Termasuk izin SIUP Peroangan. Sejak itu, sejumlah pihak tertarik menjadi terwaralaba (franchisee) hingga Velly mampu mengembangkan 38 outlet. Namun, salah satu mitranya beriktikad buruk. Saat itu, dia percaya begitu saja kepada salah satu mitra yang bermaksud mengembangkan usaha agar lebih maju dan menjanjikan investor baru.

Namun karena kurang berpengalaman, Velly akhirnya dikelabui. Suami meminta saya mengikhlaskan kasus itu, dan sekarang lebih fokus untuk hal-hal positif,’’ ujarnya.


Kini kasusnya belum tuntas sehingga penggunaan merek Klenger Burger antara Velly dan mantan mitranya masih berselisih. Jadi, jangan heran kalau menemukan nama outlet Klenger Burger di salah satu kota, yang bukan milik Velly. ‘’Kini, saya lihat ada perubahan, huruf G di Klenger diganti huruf D, jadinya Klender. Ada juga, teman saya yang masih melihat outlet Klenger Burger di suatu daerah, tapi saya tak punya cabang di situ,’’ katanya. Velly mengaku enggan membuka luka lama itu. Sejak itu, Velly memilih mengurus bisnis di bawah bendera PT Karya Anak Negeri (KAN).


Per Februari 2011, kata dia, Klenger sudah mempunyai 82 outlet di Jabotabek, Bandung, Kuningan, Bali, dan Medan. ‘’Sebanyak 20 outlet milik terwaralaba (franchisee), sisanya investasi KAN,’’ ujarnya. Dalam sebulan, terjual 100 ribu burger. Dengan harga rata-rata burger Rp 17.500 per produk, maka omzetnya sekitar Rp 1,75 miliar per bulan.


Selain burger, Klenger juga memperkenalkan brand Pizza Kriuk, Clemots Coffee, dan Kweker Fried and Grilled Duck. Pizza bikinan Klenger juga masih bercita rasa Indonesia, misalnya saja pizza balado dan pizza sate. ‘’Saya, suami dan tim terus membikin brand di bawah KAN ini,’’ jelas dia ditemui di Kantor KAN, Jl RC Veteran No 21, Jaksel.


Kini, sudah ada Burger Instan (Burgins) yang menganut konsep take away. Burgins sini mudah ditemui di jaringan Alfa Express dan Circle K, Klenger Kriuk (2K) yang menyediakan menu burger dan pizza dengan tempat buat kongkow yang asyik, Foodteran dengan konsep kolaborasi Klenger Burger, Pizza Kriuk, dan Clemots Coffee dalam satu area yang menyuguhkan variasi lengkap. ‘’Anak wapres Boediono, yakni Dios Kurniawan, jadi terwaralaba (franchisee) Klenger dengan membuka outlet di Jalan Salemba Tengah (di depan RS. MH. Thamrin) pada 25 Juli 2010,’’ ujarnya. Konsep outletnya adalah 4 in 1 atau Velly menyebutnya 4 serangkai. (***)

Source : KORAN REPUBLIKA


Search

Popular Posts